Friday 2 September 2016

Tenggelamnya Qarun & harta bendanya

Qarun (Bahasa Arab ﻗﺎﺭﻭﻥ ) adalah salah seorang sepupu Musa, berasal dari Bani Israel. Qarun disebut dalam Al-Quran sebanyak empat kali, dua kali di surah Al- Qasas, satu kali di surah Al-'Ankabut dan satu kali di surah Al-Mu’min.Qarun adalah orang yang sering memakerkan kekayaan. Qarun adalah sepupu Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/ Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.

Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan memiliki banyak anak. Sehingga pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah, yang ia pinta adalah kekayaan harta benda dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah. Dikisahkan pula dalam Al-Qur'an dia juga sering mengambil harta dari Bani Israel yang lain dan dia memiliki ribuan gudang harta melimpah ruah, penuh berisikan emas dan perak.

Setelah menjadi kaya raya, Qarun menjadi orang yang sombong dan suka pamer. Orang-orang kaya biasanya menyimpan kunci harta mereka dalam tempat rahasia agar tidak diketahui orang lain. Qarun bisa saja membuat sebuah tempat besar yang tersembunyi untuk menampung kunci- kuncinya, tapi dia tidak melakukannya karena dia ingin menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya.

Jadi kebiasaannya adalah membawa sepuluh orang kuat kemanapun dia pergi. Kesepuluh orang ini adalah pria-pria perkasa yang berotot kekar. Mereka mengikuti Qarun kemanapun dia pergi hanya untuk membawakan kunci-kuncinya. Meskipun sudah dibawa sepuluh orang pria perkasa, tetap saja mereka merasa bahwa kunci-kunci Qarun terasa berat. Kebiasaan Qarun yang lain adalah dia selalu mengenakan pakaian yang berbeda setiap kali keluar rumah. Pakaian- pakaiannya merupakan jubah-jubah mewah yang paling mahal di zaman itu. Dia juga punya banyak kuda, punya tentara pribadi, punya bodyguard, punya banyak istana, dan harta benda. Tidak terhitung jumlah kekayaan yang diberikan Allah kepadanya. Qarun juga bisa memainkan orang-orang, dia bisa melakukan apapun karena punya kekuatan. Fir’aun adalah teman baik Qarun. Jika ada seseorang yang punya masalah dengannya, Qarun tinggal memberitahu Fir’aun maka habislah orang itu. Dia bisa membuat seseorang menjadi budak jika dia mau. Jadi tak seorang pun berani dengan Qarun. Dia adalah seorang tiran yang dijadikan Allah sebagai contoh di dalam Al-Qur’an.

Pada suatu hari, Qarun memilih pakaian terbaiknya. Kemudian dia pergi ke pekarangan istananya yang luas dan dia berjalan-jalan sambil memilih-milih kudanya. Akhirnya pandangannya tertuju ke salah satu kuda miliknya sembari tangannya menunjuk. Dia berkata kepada pelayannya “Kuda itu yang disana! Kuda yang memiliki bulu paling putih. Aku ingin menaiki kuda itu sekarang!” Mereka menghias kuda itu dengan berbagai macam pernak-pernik. Andaikan orang- orang di jalan melihat kuda putih itu, tentu mereka akan terkagum-kagum melihatnya.

Jadi dia menaiki kuda putih itu dan berkata: “Tentara-tentaraku! Datanglah kemari!” Kemudian dia menunjuk tentara- tentara terbaiknya. Lalu tentara-tentara itu berbaris mengikutinya dari belakang. Kemudian dia menunjuk sepuluh orang pria kekarnya dan berkata “Bawalah SEMUA harta-hartaku! Hari ini aku ingin menunjukkan harta-hartaku pada orang- orang. Bawa semua emas, perak, perunggu, barang-barang mewahku, koleksi pribadiku, dan yang lainnya. Aku ingin kalian membawa semuanya. Bahkan kalian para tentara juga harus membawanya! Ketika kita lewat, aku ingin semua orang terkagum-kagum melihat banyaknya hartaku.”

Jadi dia membawa semua harta karunnyaa, ada begitu banyak rubi, permata, mutiara, emas, dan perhiasan dalam berbagai bentuk. Ketika dia berparade keliling kota dari istananya, orang-orang di jalan melihatnya. Dan orang-orang yang menginginkan yang hanya menginginkan dunia ini berkata “Lihatlah semua ini. Andai saja kita mempunyai apa yang Qarun miliki.” Mereka sangat menginginkan harta itu. Bayangkanlah, seluruh kota menyaksikannya. Di antara mereka juga ada ahli agama. Mereka berkata “Jangan meminta seperti itu! Celakalah kamu! Sesungguhnya apapun yang Allah berikan kepadamu sudah cukup.”

Jadi ketika Qarun keluar membawa semua hartanya dan orang-orang di jalan melihatnya dengan terkagum-kagum, Ada orang di sisi kanan dan ada di sisi kiri, sedangkan parade Qarun berada di tengah- tengahnya. Ketika dia merasakan keangkuhan yang tertinggi dan berpikir “Wow, inilah diriku!” Tiba-tiba Allah memerintahkan bumi untuk menelannya! Jadi tiba-tiba bumi bergemuruh. Kemudian jalanan mulai retak. Kemudian retakan itu semakin membesar sehingga terciptalah sebuah lubang yang menganga. Lubang yang besar itu menelan Qarun beserta semua tentaranya, kunci-kuncinya, hartanya, bahkan Allah memerintahkan bumi untuk menelan istananya! Dan orang-orang yang sedang mengamati, beberapa dari mereka berlarian, tapi pada akhirnya mereka sadar bahwa bumi hanya menelan Qarun dan hartanya. Kemudian bumi kembali seperti semula seakan-akan tidak ada yang terjadi. Orang-orang sangat terkejut. Allah telah menunjukkan kepada orang-orang dan Qarun tentang siapa Raja yang sesungguhnya.

”Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” ”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang- orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang- orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang- orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: “Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba- hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah).” Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 76-83

Mari Membiasakan Diri Untuk Besedekah & Berinfak

Anak-anak sebaiknya dibiasakan untuk berinfak dan bersedekah sejak dini baik di sekolahan maupun di rumah. Ini bertujuan untuk mendidik mereka agar sejak dini sudah terbiasa memberikan sebagian uang jajan demi kepentingan orang lain ataupun kepentingan lembaga.

Contohnya, infak untuk menyumbang bencana alam, untuk membantu program beasiswa anak-anak yang kuang mampu dan sebagainya. Contoh lain yaitu ketika dirumah memberikan sedekah pada pengemis yang datang, berinfak ketika sholat Jum'at di Masjid, dan sebagainya.

Kegiatan berinfak di sekolahan agar lebih maksimal dan berkesinambungan, maka alangkah baiknya jika dibentuk kegiatan-kegiatan dalam Membiasakan diri untuk bersedekah dan berinfak sebagai berikut.
1. Setiap kelas memiliki kotak infak yang diedarkan seminggu sekali, hasilnya bisa untuk kepentingan jelas, untuk membantu siswa yang kurang mampu atau menyumbang untuk bencana alam yang terjadi disekitar kita. Dan setiap tahun sekolah bisa melaporkan hasil infak dan penyalurannya ke komite sekolah dan wali murid.

2. Mengumpulkan pakaian pantas pakai dan pengumpulan sembako untuk disumbangkan ke panti asuhan untuk korban bencana alam. Kegiatan ini bisa dijadikan agenda rutin tahunan pada saat Haflah Akhirus Sanah (Akhir tahun ajaran).

3. Mengadakan pekan buku disekolah dengan agenda acara pengumpulan buku bacaan atau buku sekolah yang sudah tidak terpakai dari siswa, buku-buku yang sudah terkumpul diserahkan ke perpustakaan sekolah untuk menambah koleksi bacaan di sekolah tersebut, atau bisa juga disumbangkan ke sekolah lain.

4. Mengadakan infak Qurban setiap menjelang hari raya idul Adha.
5. Pengumpulan zakat fitrah setiap bulan Ramadhan bagi setiap siswa.

Hal ini bisa di laksanakan oleh sekolah atau Madrasah dengan langsung melibatkan siswa dan wali murid agar mereka dapat belajar secara aralami dalam menanamkan sikap, khususnya untuk membiasakan siswa siswi kita dalam gemar berinfak dan bersedekah untuk kepentingan orang lain.

Sikap Sabar dan Teguh Siti Masyitah

Pernahkah kalian membaca kisah Masyitah tentang kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian ?  Siti Masyitah adalah pembantu rumah tangga Fir'aun, seorang raja yang sangat kejam dan zalim. Bahkan ia mengaku sebagai Tuhan yang harus disembah oleh seluruh rakyatnya.
 

Raja Fir'aun memerintah Mesir dengan tangan besi. Siapapun yang tidak mengikuti perintahnya pasti akan menerima hukuman mati. Begitu juga dengan orang yang tidak mau menyembah Fir'aun.
 

Siti Masyitah adalah pembantu rumah tangga Fir'aun walaupun kehidupannya tergantung pada Fir'aun, akan tetapi ia tak pernah mengakui Firaun sebagai tuhan. Secara sembunyi-sembunyi ia tetap beriman kepada Allah swt. Zat yang menciptakan manusia dan yang membuat alam semesta. Siti Masyitah hanya percaya dan menyembah kepada Allah swt.
 

Fir'aun dan keluarganya tak mengetahui keadaan Siti Masyitah yang sebenarnya namun akhirnya mereka tahu juga ceritanya begini. Pada suatu hari Siti Masyitah hendak menyisir rambut puteri Fir'aun. Tanpa sengaja mulutnya mengucapkan Bismillah lalu ketika sisir rambut terjatuh ia pun tanpa sengaja mengucapkan "Innalillahin WaInnailaihiroji'un". Menyaksikan keadaan ini anak Fir'aun sangat terkejut. Kemudian ia bertanya kepada Siti Masyitah "Apakah kamu mempunyai tuhan selain ayahanda?", "Iyaa" jawab Siti Masyitah polos. "Apakah kamu tidak takut kalau sekiranya hal ini diketahui ayahanda?" Lanjut anak Firaun.
 

"Tidak, aku lebih takut kepada Allah swt. daripada manusia. Karena hanya kepada Allah-lah aku menyembah dan berserah diri," jawab Siti Masyitah.

Setelah mendengar jawaban Siti Masyitah yang lugas tersebut, putri Fir'aun melaporkan hal ini kepada ayahanda nya. Fir'aun menjadi sangat marah. Ia lalu memanggil Siti Masyitah. Dengan penuh kemarahan, ia menekan Siti Masyitah agar mau kembali menyembah dirinya dan tidak mengakui adanya Allah swt.
 

Walaupun Siti Masyitah hanya seorang pembantu rumah tangga yang lemah, ternyata hatinya seperti baja dalam mempertahankan imannya. Siti Masyitah lebih rela mati daripada menyembah Fir'aun, raja yang zalim dan mengaku sebagai tuhan.
 

Fir'aun sangat kesal melihat keteguhan Siti Masyitah mempertahankan imannya. Ia bertekad akan menghukum Siti Masyitah. Kemudian ia memerintahkan kepada pengawalnya untuk memasak air mendidih ia lantas memanggil Siti Masyitah dan bertanya, "Apakah kamu tetap pada pendiranmu?" "Ya", jawab Siti Masyitah. "Apakah kamu tidak takut dengan hukuman yang saya berikan?" Tanya Fir'aun lagi. "Hanya Allah swt. yang kami takuti." Jawab Siti Masyitah. "Jangan asal jawab!!!" "Jika kamu keras kepala, kamu, anakmu dan suamimu akan saya masukkan kedalam kuali itu. Apakah kamu tidak sayang kepada orang-orang yang kamu cintai itu?" Ancaman Fir'aun dengan nada geram.
 

Setelah Siti Masyitah tidak mau merubah pendirianny, Fir'aun benar-benar melaksanakan ancamannya. Mula-mula suaminya dimasukkan kedalam bejana yang mendidih itu. Dilanjutkan dengan anaknya yang besar. Melihat yang demikian ia agak gentar dan takut. Lalu anaknya yang masih bayi dan sedang digendong berkata, "Wahai ibu, jangan takut! Biarlah kami mati bersama asal iman kita tidak hilang."
 

Setelah mendengar suara anaknya yang masih bayi ini, iman Siti Masyitah menjadi kokoh kembali dan akhirnya ia bersama-sama dengan semua anggota keluarganya matu dalam bejana yang mendidih untuk mempertahankan imannya. Mereka rela mengorbankan jiwanya demi mempertahankan imannya daripada harus menjadi orang kafir.

Thursday 1 September 2016

2 Makna Hijrah Rasulullah SAW

Rasulullah Muhammad SAW beserta para pengikutnya hijrah secara fisik sekaligus secara berjamaah dari kota suci Makkah Al Mukarramah, kota tempat kelahirannya dan kota yang amat dicintainya, berpindah ke Yastrib yang kemudian dikenal dengan kota Madinatul Munawawrah. Berikut adalah dua makna tentang definisi hijrah.

I.  Hijrah Secara Fisik

Hijrah secara fisik berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Seorang muslim atau sekelompok kaum muslimin diperkenankan berhijrah/berpindah ke tempat atau daerah lain yang lebih memungkinkan dia untuk dapat melaksanakan ajaran agama Islam dan menyeru umat manusia. Dengan syarat jika dia telah berusaha serta menyeru dengan segenap upaya dan usahanya. Berhijrah ini dapat dilakukan apabila terdapat tiga alasan sebagai berikut.


Ditempat tersebut tidak mendapat kebebasan beragama dan menjalankan syariatnya.Menyelamatkan kelangsungan hidup agama Islam, serta menyelamatkan perjuangan mengatur strategi dalam mengatur kekuatan penghalang pengembangan ajaran Islam.Jika dalam menuntut pelajaran agama tidak didapatnya di tempat tersebut, dia harus hijrah ke tempat yang memungkinkan dia mendapatkan pengetahuan itu.  

2. Hijrah dengan hati

Untuk menjelaskan makna menurut pengertian ini, kita dapat melihat salah satu hadis Rasulullah SAW, “Orang yang berhijrah adalah barangsiapa yang berpindah/meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah”.

Untuk lebih menjelaskan pengertian diatas, kita dapat melihat dari kisah ketika Rasulullah SAW dan pasukannya pulang suatu perang yang dahsyat. Akan tetapi, Rasulullah SAW justru bersabda bahwa mereka baru pulang dari perang yang kecil menuju perang yang lebih besar dan dahsyat. Para sahabat heran dan bertanya , “perang apakah yang lebih besar dan lebih dahsyat daripada perang senjata. Rasulullah SAW menjawab yaitu perang melawan hawa nafsu”

Berdasarkan penjelasan tersebut maka pengertian hijrah hati nurani (Hijrah Qalbiyah), yaitu menghilangkan segala perbuatan terlarang, mengendalikan hawa nafsu, serakah, tamak, hasad, iri, dengki, dan semua hidup megah. Timbulnya kekacauan, kerusakan dan ketidaktentraman di dalam masyarakat dikarenakan oleh factor nafsu negative tersenut.

Selain dua makna tersebut diatas terdapatdua makna lagitentang hijrah sebagai berikut.
Meninggalkan perbuatan yang jelek, baik yang betul-betul dilarang maupun yang makruh sekalipun.Menjauhkan diri dari pergaulan masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Jauh dari nilai-nilai moral, etika dan kebenaran.

Perang Badar Pada Masa Rasulullah SAW

Inilah perang pertama yang dilakukan oleh kaum Muslimin. Sekaligus peristiwa paling penting bagi sejarah perkembangan da’wah Islam. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah.

Meski dengan kekuatan yang jauh lebih kecil dibanding kekuatan musuh, dengan pertolongan Allah, kaum Muslimin berhasil menang menaklukkan pasukan kafir.
Rasulullah SAW berangkat bersama 300-an orang sahabat dalam perang Badar (Ghazawāt Badr). Ada yang mengatakan mereka berjumlah 313, 314, dan 317 orang. Mereka kira-kira terdiri dari 82 atau 86 Muhajirin, serta 61 kabilah Aus dan 170 kabilah Khazraj.

Kaum Muslimin memang tidak berkumpul dalam jumlah besar dan tidak melakukan persiapan sempurna. Mereka hanya memiliki dua ekor kuda, milik Zubair bin Awwam dan Miqdad bin Aswad al- Kindi.

Di samping itu, mereka hanya membawa tujuh puluh onta yang dikendarai secara bergantian, setiap onta untuk dua atau tiga orang. Rasulullah SAW sendiri bergantian mengendarai onta dengan Ali dan Murtsid bin Abi Murtsid Al-Ghanawi.

Sementara, jumlah pasukan kafir Quraisy sepuluh kali lipat. Tak kurang seribu tiga ratusan prajurit, dengan seratus kuda dan enam ratus perisai, serta onta yang jumlahnya tak diketahui secara pasti, dan dipimpin langsung oleh Abu Jahal bin Hisyam.

Sedangkan pendanaan perang, ditanggung langsung oleh sembilan pemimpin Quraisy. Setiap hari, mereka menyembelih sekitar sembilan atau sepuluh ekor unta. Besarnya kekuatan serbuan kaum Muslim dapat dilihat pada beberapa ayat-ayat Al Qur'an, yang menyebutkan, bahwa ribuan malaikat turun dari Surga pada Pertempuran Badar untuk membinasakan kaum Quraisy.

Haruslah dicatat, bahwa sumber- sumber Muslim awal memahami kejadian ini secara harafiah, dan terdapat beberapa hadits mengenai Muhammad yang membahas mengenai Malaikat Jibril dan peranannya di dalam pertempuran tersebut.

Apapun penyebabnya, dalam hal ini pasukan Mekkah yang kalah kekuatan dan tidak bersemangat dalam berperang, segera saja tercerai-berai dan melarikan diri. Dan pertempuran itu sendiri berlangsung hanya beberapa jam dan selesai sedikit lewat tengah hari.

Rencana Buruk Kaum Kafir Untuk Membunuh Nabi Muhammad Saw

Ketika kaum kafir Quraisy mengetahui kesepakatan antara Rasulullah SAW dan orang-orang Ansar pada baiat Aqabah, serta melihat orang muslim mulai berhijrah ke Madinah baik secara kelompok atau perorangan, kaum kafir Mekkah merasa takut kalau Islam menjadi besar di Madinah yang akan dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu mereka sepakat untuk membunuh calon pemimpin mereka itu sebelum dia ikut hijrah ke Madinah.

Pada hari Kamis 26 Safar tahun ke-12 H kenabian bertepatan dengan september 622 M. Orang-orang Quraisy mengadakan pertemuan di suatu tempat yang bernama Darum Nadwah dengan agenda pertemuan membicarakan cara yang tepat untuk membunuh Muhammad.

Dalam pertemuan itu disepakati usulan dari Abu Jahal. Usulan Abu Jahal yaitu mencari beberapa pemuda yang bertubuh kekar dan kuat untuk dipersenjatai kemudian mereka diperintah membunuh Muhammad secara beramai-ramai.

Bersamaan dengan kesepakan kaum kafir Quraisy untuk membunuh Rasulullah, malaikat Jibril mendatangi beliau mengabarkan hal tersebut. Jibril menyarankan kepada Rasulullah supaya tidak tidur di kamar beliau dan menyampaikan turunnya izin hijrah dari Allah. Namun, dengan jiwa kesatrianya, pada malam itu Nabi tetap tidur di kamarnya.

Baru setelah tengah malam, beliau menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan di kamar tidurnya. Setelah melewati tengah malam, Rasulullah SAW bergegas ke rumah Abu Bakar dengan menyamar. Setelah bertemu dengan Abu Bakar, beliau menceritakan maksud kedatangannya yaitu, "Allah telah mengizinkan Nabi berangkat hijrah". Mendengar berita tersebut Abu Bakar minta pada Nabi supaya diizinkan menemani perjalanan itu. Nabi setuju kemudian Abu Bakar menyiapkan perbekalan yang akan dibawa ketika hijrah.

Pada malam hari yang telah ditentukan pemuda-pemuda Quraisy mengepung rumah Nabi Muhammad SAW dan siap melakukan pembunuhan. Ketika itu, Rasulullah SAW berkemas-kemas meninggalkan rumah dan beliau menyuruh Abi bin Abi Thalib untuk menempati tempat tidur beliau supaya orang-orang Quraisy mengira bahwa beliau masih tidur. Di tengah malam Nabi dengan diam-diam keluar dari rumah, dengan membaca Surah Yasin ayat 1 sampai 5 sambil menyebarkan pasir yang dibawa Rasulullah di sekeliling mereka. Dilihatnya pemuda-pemuda yang mengepung beliau sedang tertidur.

Setelah berhasil keluar, Rasulullah langsung menuju rumah Abu Bakar kemudian mereka berdua keluar dari pintu belakang rumah beliau menuju gua di Bukit Sur di sebelah kota Mekah. Mereka beruda bersembunyi di gua itu.

Setelah algojo-algojo kafir Quraisy mengetahui bahwa Nabi terlepas dari penjagaan mereka, makan keesokan harinya mereka menggunakan strategi baru untuk melacak Rasulullah. Di antara strategi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mereka menangkap Ali, menyiksa, dan menyeretnya ke ka'bah untuk dimintai keterangan tentang tempat persembunyian Rasulullah. Tetapi, dengan cara ini mereka gagal.
2. Mengutus beberapa orang kafir Quraisy di antaranya Abu Jahal, agar pergi kerumah Abu Bakar. Di rumah itu hanya ada putrinya yang bernama Asma.
3. Mengawasi seluruh jalan yang menghubungkan kota Mekkah dengan kota lain dengan pengawasan yang ketat.
4. Mengadakan sayembara, bahwa barangsiapa dapat menangkap Muhammad akan mendapat hadiah yang besar yaitu 60 ekor unta.
5. Menyewa pencari jelek guna mengikuti jejak yang pernah dilewati Rasulullah dan Abu Bakar.

Pengertian Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin ( bahasa Arab : ﺍﻟﺨﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻭﻥ) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.

Sistem pemilihan terhadap masing- masing khalifah tersebut berbeda- beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi'ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib , khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu hadits Ghadir Khum.

Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran dan sunnah. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz , khalifah Bani Umayyah ke-8.

Like Button

Like Box