Mutiara Makrifat Syekh Abdul Qodir Jailani
anangkhoironi.blogspot.com
Syekh Abdul Qodir Jailani,
lahir di Jilan pada tahun 470 Hijriyyah. Tahun 478 H pergi dari Jilan
ke kota Baghdad untuk belajar Fiqih Islam Madzab Hambaliyyah serta
mengikuti jalan para sufi. Pada tahun 521 H Syekh Abdul Qodir Jailani
menjadi da’i dan mulai terkenal. Sejak itu pula Syekh Abdul Qodir
Jailani berpakaian ulama’ dan tarikatnya mulai meluas ke berbagai
kawasan Islam seperti Yemen, Syria, Mesir, kemudian tersebar sampai ke
India, Turkey, Africa, Asia, Indonesia dan menjadi tarikat yang besar.
Tariqat Qodiriyyah sampai sekarang tetap diikuti berjuta-juta orang di
seluruh dunia. Syekh Abdul Qodir Jailani meninggal pada tahun 561 H dan
di makamkan di Baghdad, Iraq. karya-karya Syekh Abdul Qodir Jailani :
Tafsir Al Jilani, al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, Futuhul Ghaib,
Al-Fath ar-Rabbani, Jala’ al-Khawathir, Sirr al-Asrar, Asror Al Asror,
Malfuzhat, Khamsata “Asyara Maktuban, Ar Rasael, Ad Diwaan, Sholawat wal
Aurod, Yawaqitul Hikam, Jalaa al khotir, Amrul muhkam, Usul as Sabaa,
Mukhtasar ulumuddin
Syekh Abdul Qodir Jailani seorang faqih
yang menguasai ushul fiqh dan fiqh , dan mengaitkan tasawuf dengan
al-Qur’an maupun sunnah Nabi Muhammad. Mengenai hal ini Ibnu Taymiyyah
memuji Syekh Abdul Qodir Jailani, “…. Selama Anda masih memelihara diri Anda sendiri, maka anda masih terhalang dari Tuhan anda,” dan ucapan lagi,
“Tanda cinta kepada akhirat adalah sikap asketis terhadap terhadap
hal-hal duniawi. Dan tanda cinta kepada Allah adalah ketidak butuhan
terhadap hal-hal selain-Nya.”
Mengenai al-Hallaj, Syekh Abdul Qodir Jailani, ber kata: “Husain al-Hallaj telah keliru. Akibatnya, pada jamannya tidak ada yang menyambut tangannya.”
Syekh Abdul Qodir Jailani berkata, “Aku
melihat Rasulallah SAW sebelum dzuhur, beliau berkata kepadaku, “anakku,
mengapa engkau tidak berbicara?”. Aku menjawab, “Ayahku, bagaimana aku
yang bukan arab ini berbicara di depan orang-orang fasih dari Baghdad?”.
Ia berkata, “buka mulutmu”. Lalu, beliau meludah 7 kali ke dalam
mulutku kemudian berkata, “bicaralah dan ajak mereka ke jalan Allah
dengan hikmah dan peringatan yang baik”. Setelah itu, aku salat dzuhur
dan duduk serta mendapati jumlah yang sangat luar biasa banyaknya
sehingga membuatku gemetar. Kemudian aku melihat Ali r.a. datang dan
berkata, “buka mulutmu”. Ia lalu meludah 6 kali ke dalam mulutku dan
ketika aku bertanya kepadanya mengapa beliau tidak meludah 7 kali
seperti yang dilakukan Rasulallah SAW, beliau menjawab bahwa beliau
melakukan itu karena rasa hormat beliau kepada Rasulallah SAW. Kemudian,
aku berkata, “Pikiran, sang penyelam yang mencari mutiara ma’rifah
dengan menyelami laut hati, mencampakkannya ke pantai dada , dilelang
oleh lidah sang calo, kemudian dibeli dengan permata ketaatan dalam
rumah yang diizinkan Allah untuk diangkat”. Ia kemudian menyitir, “Dan
untuk wanita seperti Laila, seorang pria dapat membunuh dirinya dan
menjadikan maut dan siksaan sebagai sesuatu yang manis.”
Dalam beberapa riwayat didapatkan bahwa
Syekh Abdul Qodir Jailani berkata, “Sebuah suara berkata kepadaku saat
aku berada di pengasingan diri, “kembali ke Baghdad dan ceramahilah
orang-orang”. Aku pun ke Baghdad dan menemukan para penduduknya dalam
kondisi yang tidak aku sukai dan karena itulah aku tidak jadi mengikuti
mereka”. “Sesungguhnya” kata suara tersebut, “Mereka akan mendapatkan
manfaat dari keberadaan dirimu”. “Apa hubungan mereka dengan keselamatan
agamaku/keyakinanku” tanyaku. “Kembali (ke Baghdad) dan engkau akan
mendapatkan keselamatan agamamu” jawab suara itu.
Suatu ketika, saat Syekh Abdul Qodir
Jailani berceramah Syekh Abdul Qodir Jailani melihat sebuah cahaya
terang benderang mendatangi Syekh Abdul Qodir Jailani. “Apa ini dan ada
apa?” tanya Syekh Abdul Qodir Jailani. “Rasulullah SAW akan datang
menemuimu untuk memberikan selamat” jawab sebuah suara. “Sinar tersebut
semakin membesar dan aku mulai masuk dalam kondisi spiritual yang
membuatku setengah sadar. Lalu, aku melihat Rasulullah SAW di depan
mimbar, mengambang di udara dan memanggilku, “Wahai Abdul Qadir”. Begitu
gembiranya aku dengan kedatangan Rasulullah SAW, aku melangkah naik ke
udara menghampirinya. Ia meludah ke dalam mulutku 7 kali. Kemudian Ali
datang dan meludah ke dalam mulutku 3 kali. “Mengapa engkau tidak
melakukan seperti yang dilakukan Rasulallah SAW?” tanyaku kepadanya.
“Sebagai rasa hormatku kepada Rasalullah SAW” jawab beliau.
Rasulullah SAW kemudian memakaikan jubah
kehormatan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani. “apa ini?” tanya Syekh
Abdul Qodir Jailani. “Ini” jawab Rasulallah, “adalah jubah kewalianmu
dan dikhususkan kepada orang-orang yang mendapat derajad Qutb dalam
jenjang kewalian”. Setelah itu, Syekh Abdul Qodir Jailani pun
tercerahkan dan mulai berceramah.
Syekh Abdul Qodir Jailani mengungkapkan,
“Saat Nabi Khidir As. Datang hendak mengujiku dengan ujian yang
diberikan kepada para wali sebelumku, Allah membukakan rahasianya dan
apa yang akan dikatakannya kepadaku. Aku berkata kepadanya, “Wahai
Khidir, apabila engkau berkata kepadaku, “Engkau tidak akan sabar
kepadaku”, aku akan berkata kepadamu, “Engkau tidak akan sabar
kepadaku”. “Wahai Khidir, Engkau termasuk golongan Israel sedangkan aku
termasuk golongan Muhammad, inilah aku dan engkau. Aku dan engkau
seperti sebuah bola dan lapangan, yang ini Muhammad dan yang ini ar
Rahman, ini kuda berpelana, busur terentang dan pedang terhunus.”
Mengenai Tarikat Qodiriyyah, Sheikh ‘Ali ibn Hiti berkata, ” Tarikatnya adalah tauhid semata, disertai kehadiran dalam sikap sebagai seorang hamba Tuhan.” sedangkan ‘Addi ibn Musafir berkata pula, “Tarikarnya
adalah kepasrahan pada alur-alur ketentuan Tuhan denganpersepakatan
kalbu dan ruh, penyatuan batin dan lahir, dan penyucian diri dari
tabiat-tabiat jiwa.” Syekh Abdul Qodir Jailani
No comments:
Post a Comment